Story of Nadine : Kopi Yang Kembali Manis

Nadine memainkan gelas kopi di hadapannya. Entah pikirannya sedang berada di mana. Sore itu nadine ingin menyendiri menatap taman depan cafetaria bersama kopi kesukannya. Hal yang selalu di lakukan nadine jika sedang ingin menikmati waktu dengan dirinya sendiri.

Pikiran nadine memaksa nya mengingat tahun demi tahun saat nadine berusaha bangkit dari luka masa lalu. 4 (empat) tahun terlewati. Waktu yang cukup lama untuk menertawakan kehidupan kesendirian yang nadine jalani. Support para sabahat yang membuat nadine berdiri tegak hingga saat ini.

- Perkenalan -

Hari itu nadine bangun seperti biasa, libur hari raya biasanya membuat nadine malas untuk berkunjung ke museum atau tempat wisata karena sudah terbayang di benak nadine suasana penuh sesak pengunjung. Nadine tipe yang tidak bisa berada ditempat yang penuh banyak orang, berbeda jika tempat itu ada festival budaya atau konser band favoritnya itu bisa dengan kondisi khusus begitu yang selalu nadine jadikan alibi.

Hari itu berbeda entah ada angin apa nadine ingin sekali menikmati duduk di tengah museum. Di ambilnya tas dan pergi lah nadine kesuatu kawasan yang sangat kental dengan peninggalan zaman kolonial belanda.

Benar saja sepertinya semua orang sedang berada di tempat yang nadine ingin datangi. Jalan masuk menuju lokasi sangat padat dengan lautan manusia. Nadine tampak sedikit menyesali keputusannya untuk kesana.

Niat nadine berbelok ke arah sebuah cafe yang cukup unik dan berkarakter di sana, suatu tempat favorit dan selalu nadine datangi tiap berkunjung ke kawasan itu.

“ya uda lah gw ke cafe aja, duduk, ngopi, sampe sore baru pulang, puyeng ga bisa gerak juga” nadine berkata dalam hati

Ternyata dalam cafe tidak jauh berbeda dengan di luar, cukup banyak tamu yang datang. Tidak mungkin nadine bisa duduk di tempat biasa dia duduk. Tampak satu tempat yang masih kosong di bagian bar dalam cafe. Nadine berjalan dan duduk disana, memesan kopi dan menikmati live music.

Semua berjalan biasa sampai satu sapaan membuyarkan kedamaian nadine.

“kamu sendirian saja ke sini? Ga sama temen? ” ucap seseorang pria di balik bar yang dia adalah barista cafe itu

“ ooo iya sendiri.. Gapapa aku sering ke sini sendiri, biasanya di sana (sambil menunjuk kearah meja yang sedang di tempati tamu lain) tapi hari ini rame banget gapapa lah aku disini aja. Yang penting bisa ngopi, nih aku suka banget ngopi (sambil menunjukan kopi nya) mending di sini dari pada di luar aku ga bisa gerak sangking banyaknya orang ya uda aku masuk sini aja” jawab nadine yang cukup panjang menjelaskan hal yang tidak di tanyakan

“kamu tuh seru ya “ balas barista itu sambil tertawa

“ehh maaf, aku ga sadar ngoceh banyak” ucap nadine sedikit malu

Mereka pun mengalir kedalam obrolan yang cukup panjang. Sang barista terlihat menemani nadine di sana, di sela- sela pekerjaannya, percakapan kadang terhenti sejenak jika ada pesanan.

Hari pun mulai gelap, Nadine bersiap pulang. Namun sang batista tampak gundah dan memberanikan untuk meminta nomor handphone nadine.

Nadine tipe orang yang menjaga privasi sekali apalagi nomor handphone nya, dia tidak suka nomor nya disebarluaskan ke sembarang orang. List nomor contac handphone nadine pun tidak banyak. Namun entah ada magnet apa nadine ingin memberikan nomornya kepada pria ini.

“kita tukeran aja gimana, soalnya aku kalo nomornya ga di kenal aku ga angkat” ucap nadine yang sebenarnya tidak keberatan memberikan nomor nya

“ oke aku ambil hape dulu” balas pria ini sambil tersenyum

Setelah bertukaran nomor, nadine pun pulang ke rumah dengan tersenyum-senyum penuh arti.

- Gejolak Hati - 

Perkenalan nadine dengan sang barista berlanjut dengan chat dan beberapa pertemuan di cafe. Sang barista bernama Brian. Penampilan Brian cukup oke di mata nadine hal ini di aminin juga oleh maya sahabat nadine.

“Gila ndine... ini cowo gabungan chef juna sama ariel noah potongannya, rambutnya pompadour tipis gini” maya mendeskripsikan sosok brian yang bikin nadine tersenyum
“ doi baik intinya sih kak, yaa cowo sih biasa lah.. tapi ya gitu entah ya gw enjoy aja ngobrol sama dia” jawab nadine masih sedikit menyangkal hatinya

Hati nadine sedang serba salah, dia mulai tertarik dengan Brian, sosok yang berhasil membuat hati nadine berdebar. Sosok brian yang apa adanya, Tapi nadine berusaha menyangkal hatinya. Hati nadine bergejolak dengan rasanya.

“masa gw tertarik sih sama brian, hayoo lah ndine dia orang baru lo belom kenal banget” percakapan hati nadine.

Nadine tidak melihat pekerjaan Brian karena toh halal dan juga nadine bukan tipe yang melihat orang dari status sosialnya. Kejadian masa lalu dengan juna menjadi pelajaran berharga buat nadine. Bagaimana harta dan status sosial bisa merubah orang.

- Berjalan Bersama -

Nadine dan brian pergi melihat pantai bersama. Berpergian bersama Kabur sejenak dari rutinitas masing- masing menjadi agenda mereka hari itu. Sudah lama masing -masing dari mereka rindu akan suasana pantai. Nadine selama ini selalu berburu sunset dan sunrise di pergunungan rindu juga akan pantai. Brian anak rantau yang hari- harinya di wilayah jakarta setuju untuk ikut ketika nadine berencana ingin ke pantai.

Duduk di pasir putih menatap deburan ombak mereka sedang menunggu sunset di ujung garis laut.

Waktu di habiskan dengan brian yang bercerita dengan dirinya dan masa lalunya. Yaa.. brian memang ingin nadine tau tentang dia. Hal ini telah di ungkapkan oleh brian sebelum berangkat

“ ndine aku mau cerita tentang aku dan masa lalu aku, tapi nanti aja di pantai ya, aku mau ngomong langsung sama kamu” ucap brian kala itu.

Nadine mendengarkan Brian dengan tenang walau ada beberapa cerita yang cukup membuat nadine kaget. Tapi masih bisa di maklumi oleh nadine. Nadine mendengarkan dan menerima tiap cerita masa lalu brian.
langit mulai indah dengan bias warna mentari tenggelam, perlahan Brian menatap nadine.

“ ndine... kamu uda tau semua nya tentang aku... “ ucap brian mengantung seakan menunggu reaksi nadine

“jujur aga kaget denger cerita kamu. Tapi aku hargai kamu mau cerita. Itu khan masa lalu kamu, kamu sekarang ya kamu bukan kamu yang dulu.” Jawab nadine sambil tersenyum

“ndine.. kamu mau terima aku yang kaya gini.. kamu mau jadi pacar aku?” ucapan brian seketika

Nadine tidak bisa berkata-kata karena dia sedang menikmati keindahan sunset saat itu dan mendadak Brian memintanya untuk menjadi kekasihnya

Nadine menatap Brian dalam.
“kita jalan bareng ya, ngelewati semuanya bareng” balas nadine tersenyum

“jadi ndine........?! “ Brian seolah memastikan kembali keadaan yang sedang terjadi.

“ iya.. itu jawaban aku” tutup nadine tersenyum sambil mengarahkan pandangannya ke langit senja yang sangat indah.

Hati nadine.. Jalan nadine.. Hari- hari nadine dan cerita nadine sepertinya akan di isi kembali dengan warna baru dan lembaran baru. Tembok tebal hati nadine selama 4 tahun tidak goyah. Hari itu pun runtuh.

Dan kopi yang nadine minum saat itu sepertinya kembali terasa manis.

0 Responses

Posting Komentar