Jejak Sejarah Kelautan Disudut Kota Tua Jakarta

Hari itu kawasan kota tua sangat ramai dengan pengunjung, sampai untuk sekedar jalan pun saya harus mengantri untuk dapat masuk ke dalam kawasan yang penuh dengan bangunan dan suasana era kolonial ini.
kota tua hari itu sangat ramai pengunjung
Tujuan saya hari itu memang bukan ke kota tua tapi sebuah tempat di sudut utara kawasan kota tua. Saya akan mengunjungi bangunan dan peninggalan bersejarah tentang kemaritiman nusantara yaitu Museum Bahari dan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Musuem Bahari dan Pelabuhan sunda kelapa sebenarnya tidak terlalu jauh dari kawasan kota tua. Namun banyak yang tidak mengetahui letak keduanya. Pengunjung biasanya hanya mengunjungi kota tua saja untuk melihat dan belajar tentang peninggalan VOC pada masa lalu dalam bidang pemerintahan. Sedang di sisi utara dekat muara sungai ciliwung kawasan kota tua terdapat bukti sejarah tentang kebaharian.

Museum Bahari

Memasuki kawasan Musuem bahari kita di hadapkan dengan bangunan menara yang miring. Menara tersebut adalah menara syahbandar. Tapi untuk dapat memasuki manara syahbandar sebaiknya kita mengunjungi musuem bahari terlebih dahulu di bagian dalam jalan, tepatnya di sebelah barat muara kali ciliwung.

Gedung Museum Bahari terlihat masih tegar berdiri bernuansa peninggalan era VOC sangat terlihat kental. Dulu gedung musuem ini di kenal dengan nama Westzijdsche Pakhuizen atau gudang ditepi barat. Bangunan gedung terlihat tua karena di bangun sekitar tahun 1718.
Museum Bahari

Masuk kedalam musuem bahari kita dapat melihat poster-poster yang menggambarkan suasana pelabuhan sunda kelapa zaman dahulu, dan kapal-kapal yang pernah singgah di perairan nusantara.

Semakin kita berjalan ke dalam museum bahari kita akan melihat perahu-perahu tradisional dari wilayah nusantara. Mulai dari miniatur sampai yang berukuran asli. Corak khas yang terukir pada lambung kapal nusantara sangat menunjukan daerah perahu tersebut berasal. Bagian-bagian dari kapal pun turut di tampilkan dalam museum ini.
Bagian dalam Museum Bahari 
Salah satu koleksi Musuem Bahari
Di bagian luar taman museum bahari kita bisa memandang bagian atas menara syahbandar yang kokoh berdiri di ujung jalan masuk musuem.
Bagian luar taman Musuem Bahari
Tampak Menara Syahbandar dari bagian taman Musuem Bahari

Menara Syahbandar

Menara ini terletak di pinggir jalan masuk museum bahari. Tampak menara syahbandar sekilas mirip dengan kemiringan yang sama dengan kemiringan menara pisa di italia. Kemiringan terjadi karena struktur tanah yang mengikis dan banyaknya kendaran berat yang melintas di sekitar menara. Saya pun saat berada di dalam menara syahbandar merasakan getaran ketika ada kendaraan berat melintas di jalanan depan menara.
Menara Syahbandar
Kemiringan Menara syahbandar
Pintu Masuk Kedalam Menara
Menara syahbandar sendiri merupakan titik nol kilometer Batavia. Bernama asal De Uitkijk Post  Menara ini di bangun pada tahun 1839 yang pada jaman dahulu merupakan bangunan tertinggi di batavia, menara ini juga sebagai kantor pabean (bea cukai) dan kantor syahbandar. Syahbandar adalah orang atau pejabat yang mengawasi kegiatan keluar masuknya kapal dari pelabuhan batavia (kali ciliwung).
Titik nol kilometer

Dalam menara terdapat beberapa lantai dan anak tangga untuk sampai ke atas puncak menara. Di bagian puncak menara kita di sajikan pemandangan pelabuhan sunda kelapa dengan kapal-kapal yang sedang berlabuh.
Pemandangan puncak menara menghadap pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Sunda Kelapa dari puncak menara

Dibagian lain puncak menara kita bisa melihat bangunan museum Bahari. Sedang di bagian lainnya kita bisa melihat galangan VOC.

Galangan VOC dahulu merupakan tempat parkir dan bengkel kapal VOC namun saat ini kepemilikan galangan VOC telah berubah menjadi resto yang bergaya kolonial.
Museum Bahari dari Puncak Menara syahbandar
Jalanan sekitar menara dan Galangan VOC
Diatas puncak menara kita bisa merasakan dan memahami bagaimana cara syahbandar mengawasi dan mengetahui kegiatan yang terjadi di pelabuhan.

Pelabuhan Sunda Kelapa

Menjelang sore hari, saya pun melanjutkan perjalanan ke arah pelabuhan sunda kelapa yang letaknya tidak jauh dari musuem bahari.

Saya sengaja kepelabuhan sunda kelapa menjelang sore hari, di samping cuaca sore hari yang cukup sejuk ketika bejalan-jalan di pelabuhan, saya juga mengincar matahari tenggelam di pelabuhan ini.

Memasuki area pelabuhan angin bertiup cukup kencang hawa sejuk terasa dimana beberapa pohon kelapa tertiup angin, pemandangan yang cukup membuat suasana pelabuhan terasa damai.

Kapal-kapal yang terlihat kecil dari jauh perlahan menunjukan kegagahannya ketika kita mendekat. Kapal-kapal yang sedang bersandar di pelabuhan secara rapih membuat saya berdecak kagum dengan struktur bangun rancangan kapal-kapal tersebut. Kayu dan ornamen masing-masing kapal menjadi catatan tersendiri. Nama kapal yang tertulis di lambung kapal menunjukan identitas kapal tersebut. Kadang kita pun bisa sedikit melihat kegiatan para pelaut atau ABK (Anak Buah Kapal) ada yang sedang membersihkan kapal atau sekedar tidur melepas lelah di bagian luar kapal.
Suasana di pelabuhan sunda Kelapa
Di sisi lain pelabuhan berjejer kontainer-kontainer berukuran besar warna warni yang bagus untuk spot berfoto.

Langit mulai senja. Tampak matahari mulai tenggelam di sudut pelabuhan sunda kelapa. Pemandangan ini yang saya nantikan sejak tadi. Matahari tenggelam di sudut kota tua Jakarta. Matahari dengan latar kapal-kapal kayu yang gagah bersandar di tepi pelabuhan. Selintas saya teringat dengan lagu ibu sud “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”
Langit di pelabuhan sunda kelapa (dok : Pribadi)
Senja di Pelabuhan (dok : Pribadi)
Senja di Pelabuhan dengan latar Kapal kayu (dok : pribadi)

Kelautan nusantara tidak bisa lepas dari identitas negara kita yang merupakan negara kemaritiman.

- Prina -





0 Responses

Posting Komentar