Dieng Culture Festival : Simfoni Budaya Negeri Atas Awan
Oktober 16, 2016
Dieng terletak di perbatasan kabupaten Wonosobo dan kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah ini dikenal dengan sebutan negeri para dewa dan negeri atas awan. Tempat dimana legenda, mitologi, spiritual, tradisi dan kebudayaan melebur dalam kehidupan masyarakatnya.
Sebut saja Dieng Culture Festival, salah satu rangkain acara kebudayaan terbesar masyarakat dieng. Acara yang di adakan setahun sekali ini sayang sekali untuk di lewatkan.
Dieng Culture Festival (DCF) 2016 telah diadakan beberapa waktu lalu, mulai tanggal 5 – 7 agustus 2016 dengan tema “ THE SOUL OF CULTURE”. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya DCF 2016 kali ini di adakan selama 3 hari. Banyaknya animo penikmat acara DCF tahun sebelumnya dan rangkaian acara yang lumayan banyak membuat pihak penyelenggara menambah hari pelaksanan DCF menjadi 3 hari.
Hari Ke - 1 DCF 2016
Hari pertama merupakan hari pembukaan DCF, bertempat di panggung utama timur komplek candi arjuna, acara di isi oleh budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang lebih akrab di panggil Cak Nun, bersama dengan kiai kanjeng, cak nun mengajak pengunjung larut dalam wejangan dan alunan sholawatan bersama.
Cak nun dalam memberi wejangan sebagian besar menggunakan bahasa jawa menambah rasa yang berbeda saat mendengarkannya.
Di bagian lain tepatnya di ruang teater museum kailasa komplek dieng plateau di adakan pemutaran berbagai judul film pendek dan film dokumenter. Pemutaran film ini di adakan sepanjang acara DCF selama 3 hari sehingga pengunjung dapat lebih leluasa memilih waktu menonton.
Jazz Atas Awan #1
Malam hari udara dieng cukup dingin di panggung utama timur komplek candi arjuna sudah ramai penonton, Jazz atas awan hari pertama tengah berlangsung mengusung tema “Jazz Kemulan Sarung” acara di pandu oleh komika Anang Batas, Candra Mukti dan Yusril Fahriza, sudah terbayang akan bagaimana.. keriuhan dan tawa menggema sepanjang malam.
Oiya tidak lupa penampilan para pengisi acara yang mengiris lerung hati dari penampilan solo seorang Telsa Manaf lewat permainan gitarnya. Jingga, Jessika lokallo, five percent, glanze dan lainnya menghanyutkan kami malam itu.
Tungku Anglo yang di sebar di sekitar kami, membuat hawa sedikit hangat, malam pun semakin larut, warna warni dari kembang api di langit dieng menutup jazz atas awan hari pertama.
Hari Ke - 2 DCF 2016
Bagi pecinta sunrise (matahari terbit) dieng memiliki banyak spot / lokasi melihat sunrise, dataran tinggi dieng yang terletak di sekitar 2100 mdpl menjadi alasan rangkaian acara trekking for sunrise di bukit scooter dan sidengkeng. Setelah itu hari masih pagi jalan-jalan keliling dieng seru juga (fun walking).
Acara budaya, seni tradisi dan bazzar di gelar di panggung budaya timur soeharto – whitlam. Di salah satu tempat terdapat meja panjang di penuhi orang, rasa penasaran, saya pun ikutan mengantri dan ternyata minum purwaceng masal toh. Pantas saja yang antri banyak kaum pria. Hihihi...
Di bagian belakang Museum Kaliasa terdapat taman bunga dan beberapa gazebo, saya setiap ke dieng selalu menikmati hembusan udara dieng dari sana. Namun Siang itu sedikit berbeda, saya dan beberapa pengunjung di suguhkan pertunjukan musik akustik di sana.
Jazz Atas Awan #2
Hari mulai malam waktunya menikmati Jazz atas awan hari ke -2. Cuaca dieng malam itu turun hujan, setelah menunggu beberapa lama walau masih gerimis rintik-rintik, saya dan para penonton lainnya mulai datang ke panggung Jazz atas awan. Dingin, hujan dan tanah basah jadi pengalaman yang tidak terlupakan. Di pandu oleh 3 Komika Wira nagara, ridho dan dicky, jazz atas awan cukup “kacau” dengan plesetan khas anak muda, gema tawa dan moment ke“ciee..ciee an” di bawa oleh mereka bertiga. Panampilan kikil, jess kidding, absurb Nation, srintil, kailasa membawa lagu yang familiar di telinga, tanpa komando penonton pun ikut menyanyi bersama.
Jazz atas awan memang penuh kejutan, bintang tamu yang di rahasiakan benar-benar penuh histeria. Di tandai dengan alunan lagu yang tidak asing.. ANJI mendadak muncul di atas panggung. Kaget dan senang di rasakan oleh kami, Menyanyi bersama dengan lagu- lagu anji seperti lagu Bersama Bintang (drive), Merindukanmu, Dia dan lagu terbaru anji cukup membuat penonton terhanyut dalam lirik lagu yang sendu.
Penyanyi lawas Mus mujiono pun tidak ketinggalan ikut mengisi jazz atas awan.
Pelepasan lampion secara serentak adalah moment puncak acara Jazz atas awan. Sekitar 3000- 5000 lampion di terbangkan bersama-sama ke atas langit dieng, berisi harapan lampion-lampion itu terbang menghiasi langit dieng dengan indah, terdengar suara lagu “Indonesia Pusaka” mengantar lampion dan harapan kami terbang tinggi ke angkasa. Rasa Nasionalisme terbangun di negeri atas awan ini.
Kembang api tidak mau kalah mewarnai langit dieng. Melihat langit dieng malam itu saya larut dalam lamunan tentang “Dieng Negeri Para Dewa”.
Hari Ke - 3 DCF 2016
Hari ke tiga, merupakan hari terakhir dan acara puncak pemotongan rambut anak gembel dieng.
Cerita bermula dari legenda leluhur dieng, tersebut lah eyang agung kala dete dan istrinya nini dewi roro ronce yang mendapat titipan anak bajang berambut gembel dari ratu pantai selatan.
Anak bajang di yakini membawa sumber kemakmuran bagi masyarakat dieng. Anak bajang berambut gembel berjenis kelamin laki-laki merupakan titisan dari Eyang agung kala dete, sedangkan anak bajang rambut gembel berjenis kelamin perempuan merupakan titisan Nini dewi roro ronce.
Anak- anak bajang ini awalnya sama seperti anak normal lainnya sampai suatu hari mereka terserang sakit panas berhari-hari, hari berikutnya rambut mereka gembel dengan sendirinya.
Anak bajang ini di yakini memiliki kemampuan berkomunikasi dengan alam gaib dan cenderung lebih aktif dari anak-anak lainnya.
Rambut gembel mereka tidak bisa sembarangan di potong harus dengan ritual ruwatan sendiri. Jika tidak, rambut tetap akan kembali gembel dan si anak akan sakit.
Permintaan pemotongan rambut pun harus dari si anak bajang sendiri tidak bisa di paksakan. Permintaan tersebut terjadi di pagi hari dan ucapan pertama saat anak bajang ketika bangun tidur. Biasanya pihak keluarga memastikan dahulu jika permintaan di pagi hari itu tidak berubah, maka sudah tanda bahwa anak bajang siap untuk di potong rambutnya.
Permintaan yang cukup unik harus di penuhi sebagai salah satu syarat dalam rangkaian ritual ruwatan tersebut.
Di dieng ada 4 jenis gembel anak bajang :
- Gembel Pari
Rambut Gembel kecil-kecil dan tipis
- Gembel Keris
Rambut Gembel yang beberapa saja tipis jadi satu
- Gembel Jatha
Rambut Gembel yang besar dan menggumpal
- Gembel Wedus
Rambut Gembel di seluruh kepala mirip dengan bulu wedus.
Kirab Budaya
Pagi itu anak-anak bajang yang akan menjalani ruwatan pemotongan rambut gembel berkumpul di rumah tetua adat, Mbah Naryono. Menaiki kereta kuda anak-anak bajang mengenakan pakaian kebaya putih, kain batik dan ikat kepala putih tampak anggun di atas kereta yang membawa mereka ke lokasi candi arjuna. Anak bajang di kirab dengan suguhan tarian tradisional, di iringi pembawa uborampe (sesaji) serta para peserta kirab budaya yang memakai pakaian adat. Dieng saat itu terasa sangat kental ajaran leluhur yang masih lestari.
Jamasan Rambut Anak Gembel
Anak bajang tiba di komplek candi arjuna, mereka mengarah ke sendang sedayu di komplek Dharmasala untuk melakukan jamasan (keramas atau membersihkan diri)
Ruwatan Pemotongan Rambut Gembel Anak Bajang Dieng
Selesai jamasan anak bajang di bawa ke pelataran candi arjuna, tampak pengunjung telah menunggu mereka sejak pagi, teriakkan selamat datang dan senyuman menyapa anak bajang ketika memasuki pelataran acara.
Iringan anak bajang beserta keluarga, pembawa uborampe, para tetua adat dieng, tampak juga di sana para pejabat pemerintahan, Bpk Sutedjo Slamet Utomo (Bupati Banjarnegara), Bpk Hadi Supeno (Wakil Bupati Banjarnegara), Bpk Gus Romi (Anggota DPR RI), Sosok Bpk Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Anji (Duniamanji) cukup membuat pandangan sedikit teralih kepada mereka.
DFC 2016 kali ini terdapat 11 anak bajang perempuan yang akan mengikuti ruwatan :
1. Celyn Eka Fitriyana
Berasal dari desa sukayasa - banjarnegara, kelas 5 ini , meminta Wig dan Laptop
2. Aqilla Quenera Martza
Berasal dari desa sigaluh – Banjar, anak dari bpk mustafa ini meminta karet untuk kuncir rambut.
3. Ririh Dwi Anjani
Berasal dari desa pagargunung, meminta daging sapi sebanyak 3 kilogram.
4. Zifara Khirunisa
Berasal dari desa Tegalrejo – Wonosobo, meminta Duren sebanyak 5 buah dan uang berwarna merah.
5. Faiza Amelia Dina
Berasal dari kaliputih – Batur , meminta sepasang Marmut dan Handphone terbaru.
6. Ulfi Silviana
Berasal Dari dieng wetan – Wonosobo, meminta 2 penari lengger dan kalung emas.
Dua penari di sini adalah ulfi ingin melihat mereka menari.
7. Sisop
Berasal dari sindoagung- selomerto, wonosobo yang berusia 4 tahun ini, meminta Kucing.
8. Alin Umaroh
Berasal dari desa Pesantren wanayasa, berusia 7 Tahun ini meminta sepeda dan karet gelang.
9. Madina Jauza Aina Effendi
Berasal dari desa Bakal batur, berusia 6,5 tahun ini meminta baju cantik bergambar Frozen.
(Catatan : frozen, film animasi keluaran disney).
10. Adinda Widjayanti Putri
Berasal dari Depok, berusia 4 tahun ini meminta Boneka dan Motor kecil
Adinda cukup menarik perhatian ketika profil adinda di bacakan oleh pembawa acara, bahwa adinda berasal dari depok. Adinda salah satu anak bajang di luar dieng yang ikut ruwatan, peristiwa ini membuktikan bahwa anak gembel tidak hanya anak yang tinggal di wilayah dieng saja. Tapi bisa dari luar dieng mungkin dengan garis keturunan keluarga berasal dari dieng.
11. Ananda Refalina Saputri
Berasal dari desa pandan sari ini meminta seekor anak sapi
Satu demi satu rambut anak bajang yang gembel di potong. Selesai acara uborampe yang di siapkan langsung di serbu oleh pengunjung, uborampe di yakini membawa berkah untuk orang yang mendapatkan nya.
Pelarungan Rambut Gembel
Rambut anak gembel yang selesai di potong di masukan dalam wadah untuk di bawa ke telaga warna. Di Telaga warna rambut-rambut itu di larungkan (dihanyutkan), pelarungan bermakna rambut anak gembel itu di kembalikan ke asalnya yaitu ke laut selatan.
Acara DCF 2016 pun selesai dengan di larungkan rambut anak gembel. Sebuah kearifan lokal di negeri para dewa masih terjaga dengan asri.
Cerita Di Balik Dieng Culture Festival
Cerita rangkaian acara DCF 2016 tidak lengkap kalau saya tidak menulis hal-hal yang seru dan menarik yang terjadi dari sudut pandang saya. yang DCF 2016 kali ini merupakan kali kedua saya ikuti.
Media Sosial DCF
Untuk mendapatkan informasi acara DCF sangat mudah, mimin akun sosial media festival dieng sangat aktif dan gaya yang cukup anak muda sangat menarik di ikuti. Semua bentuk informasi terkait sangat jelas dan terarah. Silakan saja ikuti mereka di
Twitter : @festivaldieng
Instagram : festivaldieng
Web : http://www.dieng.id/
DCF dan Pertemanan yang Terjalin Indah
Selalu saja saya mendapatkan kawan baru dari seluruh pelosok tanah air di DCF, teman menikmati acara budaya bersama, tertawa bersama dan membahas budaya bersama. Kenal?! Awalnya tidak, tapi acara ini membuat kami saling menyapa, saling tersenyum, saling berbagi tempat di lokasi acara. Bahkan beberapa bertemu kawan lama dan jauh di DCF tanpa rencana sama sekali. Ahh sungguh indah.. DCF mempertemukan kami pecinta budaya dan kearifan lokal dalam satu tempat, melepaskan semua atribut sosial kami. Mungkin di tiadakannya kelas untuk tiket DCF tahun 2016 ini salah satu tujuan untuk terciptanya kebersamaan yang indah.
Moment menyanyi bersama, menerbangkan lampion bersama dan menikmati acara bersama sangat membekas di memori saya.
Bawa Kembali Sampahmu kawan, untuk dieng yang bersih.
Sampah di acara, masalah klasik yang terjadi. Tapi.. yakin dan percaya masih ada orang yang peduli.
Tante (saya memanggilnya begitu) beliau merupakan teman menonton saya dibagian belakang dekat pagar saat acara pemotongan rambut anak gembel berlangsung. Setelah menikmati ruwatan anak rambut gembel dan diakhir acara ketika uborampe mulai di perebutkan, di sisi lain beliau tampak mengeluarkan plastik sampah hitam besar yang di bawanya.
Pemandangan yang cukup untuk saya bertanya “tante bawa plastik untuk apa?!”
“untuk sampah ini..biar bersih.. kasihan panitia kalo mereka yang bersih-bersih sendiri, sampah kita ya.. kita yang buang dong“ tante menjawab sambil tertawa.
Sepertinya plastik hitam besar yang di bawanya tidak cukup membuat puas, setelah mencari kanan kiri tampak satu jas hujan plastik warna hijau bekas yang tergeletak begitu saja, dengan sigap beliau mengikat ujung bagian tangan dan kepala jas hujan itu dan taraaaaa.... jadi plastik besar untuk tempat sampah.
Tante dan kawannya mulai memasukan sampah dilokasi acara kadang mengajak pengunjung lainnya untuk memasukan sampah ke dalam plastik sampah yang di bawanya keliling lokasi acara. Pelan tapi pasti, gerakan spontanitas dan inisiatif itu membuat peserta acara lainnya ikut terdorong mengambil sampah dekat mereka dan memasukan kedalam wadah plastik yang di bawa tante dan kawannya.
Nikmatilah Dieng
Dieng memiliki tempat wisata dan kekayaan alam yang terbilang lengkap loh. Hampir semua ada, mau candi.. ada, telaga.. ada, kawah, museum, bukit, gunung, taman bunga kailasa, sendang, sungai, sumur jalantunda yang konon kalo kita bisa melempar batu tepat sasaran bisa terkabul harapan kita, melihat sunrise di beberapa tempat di dieng, Spot foto apalagi di jamin bagus buat berfoto ria. Semuanya gampang untuk dijelajahi karena jaraknya berdekatan dan aksesnya mudah.
Kedieng kalo tidak ke tempat wisata nya kurang oke.. di sela-sela waktu DCF kemarin saya lagi-lagi menikmati dieng.
Untuk melihat golden sunrise yang terkenal indah saya mendaki bukit sikunir lagi dengan para pemburu sunrise yang sebagian besar adalah peserta DCF juga.
Melihat matahari terbit di atas ketinggian sekitar 2.300 mdpl dari bukit sinkunir di desa sembungan dieng kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo – Jawa Tengah ini, kita dapat melihat matahari terbit dengan latar belakang beberapa gunung di Jawa Tengah. Gunung Sindoro, Slamet, Sumbing dan lainnya yang akan membuat kita berdecak kagum menikmati keindahan alam di Jawa tengah ini.
Mata, Hati, Dan Camera
Keseruan sepanjang acara DCF selalu menjadi cerita menarik, mulai minibis yang saya tumpangi mogok ketika menuju dieng sampai moment tidak terlupakan pelepasan lampion di langit dieng.
Semua di lihat dengan mata, simpan di hati dan memori, abadikan lewat foto dengan camera, dan bagikan lewat tulisan. Begitulah perjalanan dan petualangan saya mengikuti acara budaya Dieng Culture Festival 2016 beberapa waktu lalu.
Foto dengan moment langka yang mungkin tidak bisa diambil buat kedua kalinya. Menjadi suatu kenangan yang membuat saya akan terus mencintai kearifan lokal bangsa.
Dieng salah satu gambaran dari Pesona Jawa Tengah, yang harus di kunjungi dalam daftar perjalanan dan petualangan.
Dan Dieng Culture Festival adalah paduan simfoni indah dari keragaman budaya leluhur, kearifan lokal dan kekayaan nusantara bangsa Indonesia.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
Sebut saja Dieng Culture Festival, salah satu rangkain acara kebudayaan terbesar masyarakat dieng. Acara yang di adakan setahun sekali ini sayang sekali untuk di lewatkan.
Dieng Culture Festival (DCF) 2016 telah diadakan beberapa waktu lalu, mulai tanggal 5 – 7 agustus 2016 dengan tema “ THE SOUL OF CULTURE”. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya DCF 2016 kali ini di adakan selama 3 hari. Banyaknya animo penikmat acara DCF tahun sebelumnya dan rangkaian acara yang lumayan banyak membuat pihak penyelenggara menambah hari pelaksanan DCF menjadi 3 hari.
Hari Ke - 1 DCF 2016
Hari pertama merupakan hari pembukaan DCF, bertempat di panggung utama timur komplek candi arjuna, acara di isi oleh budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang lebih akrab di panggil Cak Nun, bersama dengan kiai kanjeng, cak nun mengajak pengunjung larut dalam wejangan dan alunan sholawatan bersama.
Cak nun dalam memberi wejangan sebagian besar menggunakan bahasa jawa menambah rasa yang berbeda saat mendengarkannya.
Di bagian lain tepatnya di ruang teater museum kailasa komplek dieng plateau di adakan pemutaran berbagai judul film pendek dan film dokumenter. Pemutaran film ini di adakan sepanjang acara DCF selama 3 hari sehingga pengunjung dapat lebih leluasa memilih waktu menonton.
Jazz Atas Awan #1
Malam hari udara dieng cukup dingin di panggung utama timur komplek candi arjuna sudah ramai penonton, Jazz atas awan hari pertama tengah berlangsung mengusung tema “Jazz Kemulan Sarung” acara di pandu oleh komika Anang Batas, Candra Mukti dan Yusril Fahriza, sudah terbayang akan bagaimana.. keriuhan dan tawa menggema sepanjang malam.
Jazz Atas Awan keseruan yang di pandu oleh Anang Batas, candra mukti dan yusril fahriza |
Sang vocalis dengan suara indahnya |
Tungku Anglo yang di sebar di sekitar kami, membuat hawa sedikit hangat, malam pun semakin larut, warna warni dari kembang api di langit dieng menutup jazz atas awan hari pertama.
Hari Ke - 2 DCF 2016
Bagi pecinta sunrise (matahari terbit) dieng memiliki banyak spot / lokasi melihat sunrise, dataran tinggi dieng yang terletak di sekitar 2100 mdpl menjadi alasan rangkaian acara trekking for sunrise di bukit scooter dan sidengkeng. Setelah itu hari masih pagi jalan-jalan keliling dieng seru juga (fun walking).
Acara budaya, seni tradisi dan bazzar di gelar di panggung budaya timur soeharto – whitlam. Di salah satu tempat terdapat meja panjang di penuhi orang, rasa penasaran, saya pun ikutan mengantri dan ternyata minum purwaceng masal toh. Pantas saja yang antri banyak kaum pria. Hihihi...
Di bagian belakang Museum Kaliasa terdapat taman bunga dan beberapa gazebo, saya setiap ke dieng selalu menikmati hembusan udara dieng dari sana. Namun Siang itu sedikit berbeda, saya dan beberapa pengunjung di suguhkan pertunjukan musik akustik di sana.
Cuaca sejuk di taman bunga Museum Kaliasa di temani pertunjukan musik akustik |
Jazz Atas Awan #2
Hari mulai malam waktunya menikmati Jazz atas awan hari ke -2. Cuaca dieng malam itu turun hujan, setelah menunggu beberapa lama walau masih gerimis rintik-rintik, saya dan para penonton lainnya mulai datang ke panggung Jazz atas awan. Dingin, hujan dan tanah basah jadi pengalaman yang tidak terlupakan. Di pandu oleh 3 Komika Wira nagara, ridho dan dicky, jazz atas awan cukup “kacau” dengan plesetan khas anak muda, gema tawa dan moment ke“ciee..ciee an” di bawa oleh mereka bertiga. Panampilan kikil, jess kidding, absurb Nation, srintil, kailasa membawa lagu yang familiar di telinga, tanpa komando penonton pun ikut menyanyi bersama.
Jazz atas awan memang penuh kejutan, bintang tamu yang di rahasiakan benar-benar penuh histeria. Di tandai dengan alunan lagu yang tidak asing.. ANJI mendadak muncul di atas panggung. Kaget dan senang di rasakan oleh kami, Menyanyi bersama dengan lagu- lagu anji seperti lagu Bersama Bintang (drive), Merindukanmu, Dia dan lagu terbaru anji cukup membuat penonton terhanyut dalam lirik lagu yang sendu.
Jazz Atas Awan dan Anji di Dieng Culture Festival 2016 |
Pelepasan lampion secara serentak adalah moment puncak acara Jazz atas awan. Sekitar 3000- 5000 lampion di terbangkan bersama-sama ke atas langit dieng, berisi harapan lampion-lampion itu terbang menghiasi langit dieng dengan indah, terdengar suara lagu “Indonesia Pusaka” mengantar lampion dan harapan kami terbang tinggi ke angkasa. Rasa Nasionalisme terbangun di negeri atas awan ini.
Kembang api tidak mau kalah mewarnai langit dieng. Melihat langit dieng malam itu saya larut dalam lamunan tentang “Dieng Negeri Para Dewa”.
Pelepasan Lampion ke langit tinggi |
Langit dieng di warnai oleh lampion dan kembang api |
Bukan bintang tapi langit dieng sedang di hiasi oleh gemerlap lampion yang terbang tinggi. |
Hari Ke - 3 DCF 2016
Hari ke tiga, merupakan hari terakhir dan acara puncak pemotongan rambut anak gembel dieng.
Cerita bermula dari legenda leluhur dieng, tersebut lah eyang agung kala dete dan istrinya nini dewi roro ronce yang mendapat titipan anak bajang berambut gembel dari ratu pantai selatan.
Anak bajang di yakini membawa sumber kemakmuran bagi masyarakat dieng. Anak bajang berambut gembel berjenis kelamin laki-laki merupakan titisan dari Eyang agung kala dete, sedangkan anak bajang rambut gembel berjenis kelamin perempuan merupakan titisan Nini dewi roro ronce.
Anak- anak bajang ini awalnya sama seperti anak normal lainnya sampai suatu hari mereka terserang sakit panas berhari-hari, hari berikutnya rambut mereka gembel dengan sendirinya.
Anak bajang ini di yakini memiliki kemampuan berkomunikasi dengan alam gaib dan cenderung lebih aktif dari anak-anak lainnya.
Rambut gembel mereka tidak bisa sembarangan di potong harus dengan ritual ruwatan sendiri. Jika tidak, rambut tetap akan kembali gembel dan si anak akan sakit.
Permintaan pemotongan rambut pun harus dari si anak bajang sendiri tidak bisa di paksakan. Permintaan tersebut terjadi di pagi hari dan ucapan pertama saat anak bajang ketika bangun tidur. Biasanya pihak keluarga memastikan dahulu jika permintaan di pagi hari itu tidak berubah, maka sudah tanda bahwa anak bajang siap untuk di potong rambutnya.
Permintaan yang cukup unik harus di penuhi sebagai salah satu syarat dalam rangkaian ritual ruwatan tersebut.
Di dieng ada 4 jenis gembel anak bajang :
- Gembel Pari
Rambut Gembel kecil-kecil dan tipis
- Gembel Keris
Rambut Gembel yang beberapa saja tipis jadi satu
- Gembel Jatha
Rambut Gembel yang besar dan menggumpal
- Gembel Wedus
Rambut Gembel di seluruh kepala mirip dengan bulu wedus.
Kirab Budaya
Pagi itu anak-anak bajang yang akan menjalani ruwatan pemotongan rambut gembel berkumpul di rumah tetua adat, Mbah Naryono. Menaiki kereta kuda anak-anak bajang mengenakan pakaian kebaya putih, kain batik dan ikat kepala putih tampak anggun di atas kereta yang membawa mereka ke lokasi candi arjuna. Anak bajang di kirab dengan suguhan tarian tradisional, di iringi pembawa uborampe (sesaji) serta para peserta kirab budaya yang memakai pakaian adat. Dieng saat itu terasa sangat kental ajaran leluhur yang masih lestari.
Jamasan Rambut Anak Gembel
Anak bajang tiba di komplek candi arjuna, mereka mengarah ke sendang sedayu di komplek Dharmasala untuk melakukan jamasan (keramas atau membersihkan diri)
Ruwatan Pemotongan Rambut Gembel Anak Bajang Dieng
Selesai jamasan anak bajang di bawa ke pelataran candi arjuna, tampak pengunjung telah menunggu mereka sejak pagi, teriakkan selamat datang dan senyuman menyapa anak bajang ketika memasuki pelataran acara.
Iringan anak bajang beserta keluarga, pembawa uborampe, para tetua adat dieng, tampak juga di sana para pejabat pemerintahan, Bpk Sutedjo Slamet Utomo (Bupati Banjarnegara), Bpk Hadi Supeno (Wakil Bupati Banjarnegara), Bpk Gus Romi (Anggota DPR RI), Sosok Bpk Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Anji (Duniamanji) cukup membuat pandangan sedikit teralih kepada mereka.
Salah satu Sesaji (uborampe) berupa ketupat sebanyak 2016 yang bermakna tahun Dieng Culture Festival |
Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo memberi kata sambutan di Dieng Culture Festival sebelum acara ruwatan di mulai |
DFC 2016 kali ini terdapat 11 anak bajang perempuan yang akan mengikuti ruwatan :
Sebelas anak banjang yang akan di potong rambut gembelnya di Dieng Culture Festival 2016 |
1. Celyn Eka Fitriyana
Berasal dari desa sukayasa - banjarnegara, kelas 5 ini , meminta Wig dan Laptop
Anak bajang celyn eka sedang di potong rambut Gembelnya |
2. Aqilla Quenera Martza
Berasal dari desa sigaluh – Banjar, anak dari bpk mustafa ini meminta karet untuk kuncir rambut.
3. Ririh Dwi Anjani
Berasal dari desa pagargunung, meminta daging sapi sebanyak 3 kilogram.
4. Zifara Khirunisa
Berasal dari desa Tegalrejo – Wonosobo, meminta Duren sebanyak 5 buah dan uang berwarna merah.
Zifarah, anak bajang yang meminta duren sebanyak 5 buah |
5. Faiza Amelia Dina
Berasal dari kaliputih – Batur , meminta sepasang Marmut dan Handphone terbaru.
6. Ulfi Silviana
Berasal Dari dieng wetan – Wonosobo, meminta 2 penari lengger dan kalung emas.
Dua penari di sini adalah ulfi ingin melihat mereka menari.
Anak Bajang ulfi silviana tampak di gendong 2 penari lengger yang menjadi permintaannya sebagai syarat pemotongan rambut gembelnya |
Berasal dari sindoagung- selomerto, wonosobo yang berusia 4 tahun ini, meminta Kucing.
Anak bajang sedang melihat kucing yang menjadi permintaannya untuk dapat di potong rambut gembelnya |
Anji mendapat kesempatan untuk ikut dalam ritual pemotongan anak bajang di DCF. |
Berasal dari desa Pesantren wanayasa, berusia 7 Tahun ini meminta sepeda dan karet gelang.
Anak bajang, alin sedang di potong rambut Gembelnya |
9. Madina Jauza Aina Effendi
Berasal dari desa Bakal batur, berusia 6,5 tahun ini meminta baju cantik bergambar Frozen.
(Catatan : frozen, film animasi keluaran disney).
anak bajang Madina Jauza yang meminta baju gambar frozen mendapat kesempatan di potong oleh Bapak Gubernur Jawa Barat Ganjar Pranowo |
10. Adinda Widjayanti Putri
Berasal dari Depok, berusia 4 tahun ini meminta Boneka dan Motor kecil
Adinda cukup menarik perhatian ketika profil adinda di bacakan oleh pembawa acara, bahwa adinda berasal dari depok. Adinda salah satu anak bajang di luar dieng yang ikut ruwatan, peristiwa ini membuktikan bahwa anak gembel tidak hanya anak yang tinggal di wilayah dieng saja. Tapi bisa dari luar dieng mungkin dengan garis keturunan keluarga berasal dari dieng.
Adinda berasal dari depok sedang di potong rambut gembelnya |
Adinda yang telah selesai di ruwat pemotongan rambutnya |
11. Ananda Refalina Saputri
Berasal dari desa pandan sari ini meminta seekor anak sapi
ananda dengan permintaan anak sapi sedang di potong rambut gembelnya |
Pelarungan Rambut Gembel
Rambut anak gembel yang selesai di potong di masukan dalam wadah untuk di bawa ke telaga warna. Di Telaga warna rambut-rambut itu di larungkan (dihanyutkan), pelarungan bermakna rambut anak gembel itu di kembalikan ke asalnya yaitu ke laut selatan.
Acara DCF 2016 pun selesai dengan di larungkan rambut anak gembel. Sebuah kearifan lokal di negeri para dewa masih terjaga dengan asri.
Cerita Di Balik Dieng Culture Festival
Cerita rangkaian acara DCF 2016 tidak lengkap kalau saya tidak menulis hal-hal yang seru dan menarik yang terjadi dari sudut pandang saya. yang DCF 2016 kali ini merupakan kali kedua saya ikuti.
Media Sosial DCF
Untuk mendapatkan informasi acara DCF sangat mudah, mimin akun sosial media festival dieng sangat aktif dan gaya yang cukup anak muda sangat menarik di ikuti. Semua bentuk informasi terkait sangat jelas dan terarah. Silakan saja ikuti mereka di
Twitter : @festivaldieng
Instagram : festivaldieng
Web : http://www.dieng.id/
DCF dan Pertemanan yang Terjalin Indah
Selalu saja saya mendapatkan kawan baru dari seluruh pelosok tanah air di DCF, teman menikmati acara budaya bersama, tertawa bersama dan membahas budaya bersama. Kenal?! Awalnya tidak, tapi acara ini membuat kami saling menyapa, saling tersenyum, saling berbagi tempat di lokasi acara. Bahkan beberapa bertemu kawan lama dan jauh di DCF tanpa rencana sama sekali. Ahh sungguh indah.. DCF mempertemukan kami pecinta budaya dan kearifan lokal dalam satu tempat, melepaskan semua atribut sosial kami. Mungkin di tiadakannya kelas untuk tiket DCF tahun 2016 ini salah satu tujuan untuk terciptanya kebersamaan yang indah.
Moment menyanyi bersama, menerbangkan lampion bersama dan menikmati acara bersama sangat membekas di memori saya.
Bawa Kembali Sampahmu kawan, untuk dieng yang bersih.
Sampah di acara, masalah klasik yang terjadi. Tapi.. yakin dan percaya masih ada orang yang peduli.
Tante (saya memanggilnya begitu) beliau merupakan teman menonton saya dibagian belakang dekat pagar saat acara pemotongan rambut anak gembel berlangsung. Setelah menikmati ruwatan anak rambut gembel dan diakhir acara ketika uborampe mulai di perebutkan, di sisi lain beliau tampak mengeluarkan plastik sampah hitam besar yang di bawanya.
Pemandangan yang cukup untuk saya bertanya “tante bawa plastik untuk apa?!”
“untuk sampah ini..biar bersih.. kasihan panitia kalo mereka yang bersih-bersih sendiri, sampah kita ya.. kita yang buang dong“ tante menjawab sambil tertawa.
Sepertinya plastik hitam besar yang di bawanya tidak cukup membuat puas, setelah mencari kanan kiri tampak satu jas hujan plastik warna hijau bekas yang tergeletak begitu saja, dengan sigap beliau mengikat ujung bagian tangan dan kepala jas hujan itu dan taraaaaa.... jadi plastik besar untuk tempat sampah.
Tante dan kawannya mulai memasukan sampah dilokasi acara kadang mengajak pengunjung lainnya untuk memasukan sampah ke dalam plastik sampah yang di bawanya keliling lokasi acara. Pelan tapi pasti, gerakan spontanitas dan inisiatif itu membuat peserta acara lainnya ikut terdorong mengambil sampah dekat mereka dan memasukan kedalam wadah plastik yang di bawa tante dan kawannya.
Kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya untuk dieng yang bersih. |
Nikmatilah Dieng
Dieng memiliki tempat wisata dan kekayaan alam yang terbilang lengkap loh. Hampir semua ada, mau candi.. ada, telaga.. ada, kawah, museum, bukit, gunung, taman bunga kailasa, sendang, sungai, sumur jalantunda yang konon kalo kita bisa melempar batu tepat sasaran bisa terkabul harapan kita, melihat sunrise di beberapa tempat di dieng, Spot foto apalagi di jamin bagus buat berfoto ria. Semuanya gampang untuk dijelajahi karena jaraknya berdekatan dan aksesnya mudah.
Kedieng kalo tidak ke tempat wisata nya kurang oke.. di sela-sela waktu DCF kemarin saya lagi-lagi menikmati dieng.
Untuk melihat golden sunrise yang terkenal indah saya mendaki bukit sikunir lagi dengan para pemburu sunrise yang sebagian besar adalah peserta DCF juga.
Melihat matahari terbit di atas ketinggian sekitar 2.300 mdpl dari bukit sinkunir di desa sembungan dieng kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo – Jawa Tengah ini, kita dapat melihat matahari terbit dengan latar belakang beberapa gunung di Jawa Tengah. Gunung Sindoro, Slamet, Sumbing dan lainnya yang akan membuat kita berdecak kagum menikmati keindahan alam di Jawa tengah ini.
Bagai lukisan, alam dieng menyuguhkan pemandangan tidak terlupakan dari keindahan matahari terbit. |
Ucapan selamat datang pagi dari matahari terbit di "tanah para dewa" , Dieng, Jawa Tengah. |
Mata, Hati, Dan Camera
Keseruan sepanjang acara DCF selalu menjadi cerita menarik, mulai minibis yang saya tumpangi mogok ketika menuju dieng sampai moment tidak terlupakan pelepasan lampion di langit dieng.
Semua di lihat dengan mata, simpan di hati dan memori, abadikan lewat foto dengan camera, dan bagikan lewat tulisan. Begitulah perjalanan dan petualangan saya mengikuti acara budaya Dieng Culture Festival 2016 beberapa waktu lalu.
Foto dengan moment langka yang mungkin tidak bisa diambil buat kedua kalinya. Menjadi suatu kenangan yang membuat saya akan terus mencintai kearifan lokal bangsa.
Dieng salah satu gambaran dari Pesona Jawa Tengah, yang harus di kunjungi dalam daftar perjalanan dan petualangan.
Dan Dieng Culture Festival adalah paduan simfoni indah dari keragaman budaya leluhur, kearifan lokal dan kekayaan nusantara bangsa Indonesia.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)