Wayang Orang Bharata : Oasis Budaya Dihiruk Pikuk Ibukota
Agustus 27, 2016
Tweet di mana berisi suatu poster tentang jadwal pertunjukan wayang orang bharata periode april – juni 2016. Ketika saya baca lokasi pertunjukannya itu lah titik inti kekagetan saya.
Info dari tweet sujiwo tedjo |
Yaaa.. Sekali lagi benar di Jakarta, tiap sabtu malam dan telah ada lama.. dan saya baru mengetahuinya?! Saya yang menyukai sejarah, kebudayaan dan ingin ikut dalam pelestarian budaya indonesia. Seperti melewatkan sesuatu yang berharga selama ini.
Tapi lebih baik terlambat dari pada tidak tahu sama sekali. Dan mungkin memang ini baru saatnya saya berjodoh dengan pertunjukan wayang orang bharata.
Setelah mencari tahu sana sini dan membaca berita serta artikel tentang pertunjukan wayang orang bharata. Saya memutuskan sabtu tgl 4 juni 2016 lalu untuk datang ke pertunjukan wayang orang bharata.
Berbekal kenekatan datang langsung atau on the spot saya berhasil mendapatkan tiket pertunjukan wayang orang bharata dengan lakon “ SETYAKI KROMO”
Saat membeli tiket ternyata bangku sudah hampir penuh di pesan. Untunglah saya masih bisa mendapatkan bangku di deratan depan. Walau di pojok. Aga khawatir juga jika saya nanti mau nonton lagi jika beli langsung apa masih bisa dapat tiket?! Kata ibu petugas di bagian tiket, mereka memiliki jadwal cerita triwulan (3 bulanan). Saat mereka melempar keluar jadwal kepada publik (poster mereka tempelkan di luar gedung pertunjukan serta di media sosial seperti Facebook) para penikmat biasanya sudah memesan pertunjukan lakon mana saja yang mau mereka tonton sampai pementasan terakhir. Maka di sarankan sebaiknya jika ingin menonton lagi lebih baik reservasi dahulu dengan pak yunus atau ibu endang seperti yang tertera di poster
Cerita triwulan april-juni 2016 |
Cerita triwulan Juli - September 2016 |
Saat itu masih pukul 18.30 wib masih beberapa jam lagi pertunjukan di mulai jam 20.30 wib. Saya duduk-duduk saja di gedung pertunjukan, tampak dari tempat saya duduk, terlihat lorong di mana para pemain sedang mempersiapkan diri, ingin rasanya saya masuk kesana untuk melihat dari dekat tapi karena ini perdana saya di sana belum tahu celah-celah untuk izin melihat lebih jauh.
Mendekati jam 20:30 wib, pintu masuk mulai di buka saya mulai mempersiapkan tiket masuk, di bagian depan penonton disambut oleh ibu dan bapak yang berpakaian tradisional, suara gamelan dari dalam terdengar keluar membawa saya ke suasana jawa yang kental begitu melewati pintu masuk.
Memasuki dalam gedung pertunjukan sesuai dengan yang saya baca dari beberapa artikel. Theater yang modern ber-AC tempat duduk sofa yang nyaman, lantai berkarpet. Membuyarkan lamunan saya tentang gedung pertunjukan wayang orang di daerah. Di mana gedung pertunjukan wayang orang di daerah jauh dari modern tapi semangat para pemain yang mencintai dan berusaha melestarikan kebudayaan yang bikin wayang orang di daerah masih ada sampai sekarang.
Saya melihat sekeliling, penonton mulai berdatangan dan menempati bangku yang tersedia. Ternyata teman menonton saya di pertunjukan malam itu para sepuh, orang-orang tua, beberapa warga negara asing, rombongan pelajar yang mungkin sedang study mengenai wayang orang dan tampak beberapa anak-anak kecil yang sengaja di bawa orang tuanya untuk ikut menonton agar ikut dalam melestarikan budaya.
Teman menonton saya malam itu.. |
Saya akan bercerita lewat gambar yang saya ambil untuk ilustrasi cerita malam itu.
LAKON "SETYAKI KROMO" (Pernikahan Setyaki)
Para penari wanita memulai pertunjukan lakon setyaki kromo |
Di lanjutkan oleh para penari pria yang dari kostumnya seperti pasukan cakil |
Dialog menggunakan bahasa jawa, jalan cerita berbahasa indonesia dapat di lihat dan di baca dari text berjalan di atas panggung. |
Cerita berpindah di kerajaan gandaruci |
pertemuan raja gandaruci dengan prabu kresna bersama setyaki, arjuna dan gatot kaca |
Cerita beralih ke pinggir hutan dimana punakawan (gareng, pertuk, semar dan bagong) sedang bersuka ria |
Pada bagian punakawan bisa di bilang bagian santai atau rehat sejenak dari alur cerita, para punakawan (gareng,petruk, semar dan bagong) mengeluarkan dialog yang menghibur dan lucu, para penonton tertawa melihat punakawan di atas panggung. Ada beberapa penonton melemparkan paket ke atas panggung, punakawan mengambil dan membaca kertas yang berisi salam-salam atau request lagu campur sari dari penonton malam itu.
Beberapa lagu campur sari di bawakan dan di nyanyikan bersama-sama oleh para punakawan dan sinden, di ikutin oleh para penonton yang memang rata-rata penyuka campur sari.
Salah satu lagu nya adalah lagu "Prahu Layar"
Dan tanpa sadar saya ikut bernyanyi bersama dan hapal?! Sepertinya karena orang tua saya sering mendengarkan campur sari di rumah sejak saya kecil, saya tanpa sadar hapal lirik lagu prahu layar.
Ternyata kakek-kakek sebelah saya, cukup kaget juga saya ikut bernyanyi sambil tertawa si kakek bertanya "kamu hapal ya dek"
Raja dan Ratu kerajaan Gandaruci mengetahui putri garborini di culik sangat sedih, prabu kresna dan para pandawa akan membantu untuk menyelamatkan dewi garborini |
Setyaki kromo atau pernikahan setyaki |
Pertunjukan pun selesai pertengahan malam menjelang dini hari, satu persatu penonton meninggalkan gedung Bharata Purwa.
Rasa puas dan bahagia menjadi kata penutup hari saya malam itu. Janji untuk datang kembali saya mantapkan dalam diri saya.
Bagai sebuah oase/oasis wayang orang bharata meyuguhkan kesejukan untuk pencinta budaya di tengah hiruk pikuk ibu kota jakarta.
" Sejarah, tradisi dan kebudayaan akan terus ada selama masih ada orang dan kaum muda yang peduli"
Regenerasi pemain wayang orang bharata cukup terlihat dimana para pemainnya banyak yang remaja.
Dahulu di salah satu stasiun televisi indonesia pernah ada pertunjukan cerita "Ketoprak Humor " jika sempat melihat ketoprak humor, para pemain wayang orang bharata banyak yang tidak asing lagi. Hal ini menunjukan kecintaan para pemain wayang orang bharata terhadap kelestarian budaya yang mereka cintai yang tidak kenal lelah dan tidak kenal waktu.
Selama masih ada rasa cinta terhadap kebudayaan, tradisi dan menjaga kearifan lokal, saya rasa kebudayaan akan terus ada dan lestari sampai anak cucu kita nanti. Identitas negara ada di tanggan para penerus yang mencintai negeri dengan segala sesuatu tentang kekayaan warisan budaya negaranya memperlajari, menjaga dan melestarikan apa yang kita punya.
Warisan budaya indonesia yang beragam di ikat dalam kebhinekaan tunggal ika harus terus di jaga.
Salam budaya
-prina-