Legenda Garuda (Mitos dan Simbol Negara)

Burung Garuda yang menjadi simbol negara kita Indonesia sampai sekarang masih menjadi tanda tanya, hal yang misterus apakah burung gagah tersebut benar ada.. apakah hanya sekedar mitos atau benar ada ? Dalam cerita perwayangan burung garuda menjadi simbol pembebasan perbudakan mungkin dari itu burung garuda dijadikan simbol negara kita yang berusaha dan berjuang membebaskan negara dari bentuk penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Garuda yang menjadi simbol negara indonesia tidak lepas dari tanggal kemerdekaan indonesia .



Tidak ada data atau referensi pasti keberadaan burung garuda. Dalam dunia perwayangan atau Cerita tentang burung garuda tidak lepas dari mitologi hindu budha. Garuda adalah kendararan dewa wisnu, kendaraan penebus dosa. Berikut cerita tentang burung garuda dalam Mitologi Tersebut dari berbagai sumber :

Alkisah Bangsawan / Resi Kasyapa memiliki Beberapa Istri. Namun ada 2 istri yang belum juga memiliki anak mereka adalah Kudra dan Winata. Resi Kasyapa memberikan Kudra 100 telur dan Winata 2 Telur untuk di jaga agar menetas untuk mereka pelihara sebagai anak. Kudra berhasil menetaskan Semua telur tersebut Menjadi ular, sedang Winata yang merasa putus asa melihat kudra berhasil menetaskan semua telur tersebut akhirnya memecahkan paksa 1 telur sehingga saat di tetaskan paksa memiliki bentuk tidak sempurna tidak memiliki kaki dan paha anak pertama winata bernama Aruna. Aruna yang merasa marah karena bentuknya tidak sempurna pergi dan mengutuk Winata, sedang 1 telur sisanya akhirnya menetas dan lahirlah Garuda.

Singkat Cerita kudra merasa kerepotan mengurus para ular karena mereka lincah, nakal dan sering menghilang di semak- semak. Muncul niat jahat kudra untuk menyerahkan tugas memelihara anak-anak kudra kepada winata. Kudra mengajak Winata Bertaruh  pada warna ekor kuda putih Uccaihswara yang sering melewati rumah mereka, dengan catatan yang kalah harus menuruti segala perintah pemenang. Kudra menganggap warnanya adalah hitam sedangkan Winata menganggap warnanya adalah putih.

Kudra menceritakan taruhan tersebut kepada anak-anaknya dan anak-anaknya mengetahui keadaan kuda Uccaihswara yang sebenarnya berwarna putih dan memberitahu ibunya akan kalah. Kudra yang merasa cemas menyuruh anak-anaknya untuk memercikkan "bisa" kepada ekor kuda tersebut agar berwarna hitam. Keesokan harinya muncul kuda tersebut dengan ekor berwarna hitam. Akhirnya winata menjadi budak kudra dan mengurus anak-anak kudra.

Ketika tumbuh besar garuda bertanya kepada ibunya kenapa mereka harus menjaga anak-anak bibinya (Kudra) sementara bibinya bermalas-malasan saja. Ibu garuda menceritakan perihal taruhan tersebut kepada garuda. 

Garuda yang tidak rela ibunya menjadi budak kudra, atas dasar berbakti dan sayang kepada ibunya garuda mendatangi para ular untuk bertanya bagaimana caranya agar ibunya bisa bebas dari taruhan dahulu dan bebas menjadi budak kudra. Para ular menberitahukan agar garuda dapat membawakan mereka Tirta Amerta (Air kehidupan / Air keabadian yang tidak bisa membuat peminumnya tua dan hidup kekal) kehadapan mereka, garuda pun penyangupi hal tersebut.

Terbanglah garuda untuk mengambil tirta amerta,tentu saja para dewa tidak mengijinkan garuda mengambil pusaka tersebut terjadilah pertempuran dan garuda menang. Mengetahui hal tersebut dewa wisnu turun tangan untuk menghadapi garuda. Garuda kalah dan menceritakan kenapa ia ingin mengambil tirta amerta. Mendengar cerita garuda dewa Wisnu mengatakan akan memberikan tirta amerta kepada garuda dengan syarat garuda harus bersedia menjadi tunggangan dewa wisnu. Garuda pun menyanggupinya.

Garuda pun menyerahkan tirta amerta kepada sodara ular nya, karena air tirta amerta telah diberikan garuda bebaslah ibu garuda (Winata) dari perbudakan. Garuda memberitahu saudara ularnya bahwa sebelum meminum air tirta amerta mereka harus mandi terlebih dahulu. Mandilah para ular tersebut, ketika sedang mandi datang lah dewa indra yang tidak rela tirta amerta diberikan kepada para ular dan mengambil kembali tirta amerta dan di bawa kembali ke khayangan. Mengetahui hal tersebut para ular merasa kecewa dan mendapati percikan tirta amerta pada ilalang, meraka pun berusaha menjilat sisa tirta amerta tetapi lidah mereka terbakar dan terbelah.

Garuda yang sejak memberikan air tirta amerta kepada para ular sudah langsung kembali ke dewa wisnu untuk memenuhi janjinya kepada dewa wisnu untuk menjadi tunggangan dewa wisnu . Mulai saat itu garuda pun menjadi tunggangan dewa wisnu. 

Garuda Sendiri di gambarkan memiliki tubuh setengah burung dan setengah manusia. Garuda adalah raja segala burung. Mitosnya garuda memiliki sinar yang sangat terang sehingga para dewa mengiranya Agni (Dewa Api),  konon ketika garuda membentangkan sayapnya dapat menutupi cahaya matahari. Garuda sering di lukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang dan tubuh, tangan dan kaki seorang manusia. Mukanya putih, sayapnya merah, dan tubuhnya berwarna keemasan.






Cerita di atas di ambil dari berbagai sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Adiparwa#Kisah_Sang_Garuda_dan_para_Naga





















Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar